Fisiologi bikarbonat benar-benar tidak diacuhkan dalam ilmu diabetes seperti juga dalam ilmu kanker meskipun sudah banyak dokter menggunakan sodium bikarbonat untuk berbagai permasalahan medis. Siapa yang mau berhenti cukup lama untuk memikirkan hubungan antara makanan pemroduksi asam (makanan ringan) dan kerusakan pankreas setelah berdekade-dekade terobsesi dengan gula—sebagai penjahat utamanya?
Parhatsathid Napatalung dari Thailand menulis, “Pankreas dilukai jika tubuh secara metabolis bersifat asam, sementara ia berusaha mempertahankan bikarbonatnya. Tanpa bikarbonat yang cukup, pankreas sedang dirusak secara perlahan, insulin menjadi masalah dan diabetes pun muncul. Tanpa buffer bikarbonat yang cukup, dampak dari diabetes ini meluas sementara tubuh menjadi semakin asam.”
Memahami manfaat sodium bikarbonat dimulai dengan perjalanan ke pankreas, yang merupakan organ paling bertanggung jawab untuk memproduksi bikarbonat yang tubuh kita butuhkan. Pankreas adalah kelenjar yang panjang dan sempit yang membentangdari limpa hingga sekitar pertengahan usus-12-jari [duodenum]. Pankreas memiliki tiga fungsi utama. Pertama, menyediakan cairan-cairan pencernaan, yang mengandung berbagai enzim dalam larutan yang bersifat alkali untuk menyediakan kondisi yang pas bagi proses pencernaan hingga selesai di usus kecil. Kedua, pankreas memproduksi insulin, hormon yang mengatur gula darah dengan memetabolisme gula dan karbohidrat-karbohidrat lainnya. Ketiga, ia memproduksi bikarbonat untuk menetralisir asam yang datang dari perut untuk menyediakan lingkungan yang pas agar enzim pankreas bekerja dengan efektif.
Pada umumnya alergi dimulai dari ketidakmampuan tubuh memproduksi enzim-enzim tertentu, atau untuk memproduksi cukup enzim bagi proses pencernaan agar bekerja dengan efektif. Bersamaan dengan ini adalah ketidakmampuan memproduksi cukup bikarbonat yang sangat penting bagi enzim pankreas berfungsi dengan benar. Ketika ini terjadi protein-protein yang tidak tercerna memasuki aliran darah memicu lebih banyak reaksi alergi. Inflamasi dalam kondisi ini bersifat sistemik dengan berpusat pada pankreas yang terpaksa mengurangi produksi bikarbonat, insulin, dan enzim-enzim pentingnya.[1]
Ion bikarbonat bertindak sebagai buffer [penyangga] untuk menjaga kadar normal keasaman (pH) dalam darah dan cairan lain dalam tubuh. Kadar bikarbonat diukur untuk memantau keasaman darah dan cairan tubuh. Keasaman dipengaruhi oleh makanan atau obat-obatan yang kita cerna dan fungsi kerja ginjal dan paru-paru. Penulisan kimiawi untuk bikarbonat pada kebanyakan laporan lab adalah HCO3- atau direpresentasikan sebagai konsentrasi dari karbondioksida (CO2).
Kisaran serum yang normal untuk bikarbonat adalah 22-30 mmol/L. Tes bikarbonat biasanya dilakukan berikut dengan tes elektrolit darah lainnya. Gangguan pada tingkatan bikarbonat normal mungkin diakibatkan oleh penyakit-penyakit yang mengganggu fungsi pernafasan, penyakit ginjal, kondisi-kondisi metabolk, dan kegagalan pankreas. Pankreas, sebuah organ yang sebagian besar bertanggung jawab untuk kontrol pH,[2] adalah organ pertama yang terpengaruh ketika pH umum bergeser menjadi semakin asam. “Memantau kadar gula-darah, produksi insulin, keseimbangan dasar pH, dan bikarbonat pankreatik, dan produksi enzim pada tes sebelum dan sesudah terpapar bahan-bahan penyebab alergi menunjukkan bahwa pankreas adalah organ pertama yang fungsinya terganggu dari berbagai stresor,”[3] tulis Dr. William Philpott dan Dr. Dwight K. Kalita dalam buku mereka Brain Allergies.
Dr. Robert Young menyatakan, “Tingkat keasaman berlebih adalah kondisi yang melemahkan seluruh sistem tubuh. Pankreas adalah salah satu organ tubuh kita yang bertanggung jawab untuk ‘meng-alkali’ kita. Dapatkah Anda melihat betapa seriusnya asidosis telah membuat kewalahan pankreas kita untuk bekerja dengan efektif, yang ini mengakibatkan kondisi yang kita sebut ‘diabetes?”
Pankreas yang Rapuh
Ketika satu dari sekian stresor biologis memberatkan pankreas, ia akan, selayaknya organ tubuh lainnya, mulai berfungsi tidak baik. Ketika ini terjadi, hal pertama yang akan kita lihat adalah penurunan produksi bikarbonat pankreatik. Begitu ada hambatan pada fungsi pankreas dan aliran bikarbonat pankreatik, secara alami akan mengakibatkan reaksi berantai inflamasi ke seluruh tubuh. Reaksi ini juga akan terjadi di otak, sementara kondisi asam mulai menguasai. Berkurangnya aliran bikarbonat akan menyerang balik paling keras kepada pankreas itu sendiri, yang membutuhkan kondisi alkali untuk menyediakan kebutuhan bikarbonat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Kadar pH sangat asam menempatkan pankreas, liver, dan seluruh organ tubuh dalam resiko buruk. Karena peran penting yang dimainkan liver dalam menyingkirkan limbah asam dari tubuh, fungsi liver pun terganggu ketika adanya penumpukan asam. Ketika kondisi asam menghambat liver dan pankreas mengatur gula darah, resiko diabetes dan kanker meningkat.
Terdapat banyak penyebab diabetes. Logam berat, bahan kimia beracun, dan kontaminasi radiasi akan melemahkan dan menghancurkan jaringan pankreas. Ketika tubuh berkecukupan bikarbonat ia lebih mampu bertahan dari serangan bahan kimia beracun. Itulah mengapa kemiliteran menganjurkan penggunaannya untuk melindungi ginjal dari kontaminasi radiasi.[4] Hal yang sama bisa dikatakan mengenai kadar magnesium. Magnesium, bikarbonat, dan yodium melindungi kita dari serangan bertubi-tubi paparan bahan kimia berbahaya dan radiasi dari air, makanan, dan udara.
Center of Disease Control (CDC) di Atlanta mengumumkan bahwa 33% bayi yang lahir tahun ini akan memiliki penyakit diabetes pada tahun 2050.Diabetes, sedang meluas secara cepat, dapat dilacak sebagian akibat dari peningkatan penggunaan radiasi. Semua dokter tahu bahwa radiasi dapat membawa pada kanker, tapi menghubungkan antara depleted uranium (DU), misalnya, dan diabetes, tampak aneh secara sekilas, tapi sebenarnya tidak. Kebanyakan dokter medis tidak pernah mendengar ini tapi mereka juga tidak memperhatikan faktor bahwa merkuri dan bahan kimia beracun lainnya juga adalah penyebab utama diabetes.
-Dr. Alan Cantwell
Diabetes adalah penyakit fundamental yang mempengaruhi seluruh koloni sel dalam diri seseorang, karena ada hubungannya dengan metabolisme energi dan hormon insulin dan posisi-posisi reseptornya.Diabetes sebenarnya adalah peringatan serius bagi peradaban; ia adalah pengumuman bahwa peningkatan radiasi, merkuri, dan bahan kimia beracun lainnya, dan obat-obatan farmasi sedang meracuni umat manusia. Kita telah melihat bagaimana antibiotik membawa pada diabetes dan berbagai penyakit lain pada tubuh manusia. Serangan-serangan beracun ini diikuti dengan kekurangan nutrisi bagi tubuh, dan hasilnya terlihat, meskipun masih sedang diacuhkan oleh kelompok medis ortodoks, yang telah memantapkan diri pada menambah—bukan mengurangi—serangan-serangan ini.
Dr. Lisa Landymore—Lim—dalam bukunya Poisonous Prescriptions menjelaskan bagaimana banyak obat-obatan yang digunakan oleh publik saat ini, bertanggung jawab memulai kerusakan pada kontrol glukosa dan diabetes. Ia menjelaskan menggunakan contoh obat-obat streptozocin dan alloxan, yang keduanya digunakan dalam penelitian untuk membuat para tikus percobaan sakit diabetes. Vacor adalah racun tikus yang diketahui menyebabkan dependensi insulin—bagi manusia disebut diabetes. Pengobatan alopatik pada akhirnya harus berhadap-hadapan dengan fakta bahwa banyak obat-obatan, termasuk yang cukup mengagetkan, antibiotik termasuk penisilin, termasuk banyak lainnya, menyebabkan perubahan dalam sel beta yang mempengaruhi produksi insulin dan bikarbonat.
[1] www.docstoc.com/docs/24767241/Allergy-Effects-On-The-Pankreas-And-Small-Intestine/
[2] Sel-sel epitel dalam saluran pankreatik adalah sumber bikarbonat dan air yang disekresikan oleh pankreas. Bikarbonat adalah basa, dan penting untuk menetralisir asam yang memasuki usus dari lambung.
[3] Brain Allergies: The Psychonutrient and Magnetic Connections by William Philpott, Dwight K. Kalita, Published by McGraw-Hill Professional, 2000.
[4] www.remm.nlm.gov/int_contamination.htm
No comments:
Post a Comment